Kami baru saja pindah tempat tinggal. Lingkungan baru yang berbeda dengan yang selama ini kami tinggali. Baik kondisi alamnya maupun lingkungan sosial. 


Kami pun menjelajah. Keluar masuk desa di sekitar tempat tinggal. 


Senang sekali mendapati masih banyak pohon-pohon besar di beberapa tempat. Kami sempat berehnti di sebuah sendang (semacam sumber air) yang dikelola oleh pemuda desa setempat karena pohon-pohon besar dan kerindangannya.  Menikmati oksigen gratis, suasana, dan mengamati pepohonanya.


Beberapa pohon menarik perhatian.  


Pohonnya tinggi menjulang. Bunga-bunga merah bertebaran di sekeliling sekilas mirip kembang turi. Buahnya jatuh berserakan, berwarna hitam dan sudah dalam kondisi membuka. 


Luar biasa melihatnya. Entah berapa umurnya. Yang pasti, masih ada pohon-pohon tua besar berdiri tegak tak ditebang di luar kebun raya. Banyak sekali sekarang alih fungsi lahan membuat pohon-pohon besar semakin hilang. Pohon-pohon besar di hutan saja banyak yang ditebang… (jiah) 

Batang Kepuh yang besar

Dari penduduk setempat, saya tahu nama pohonnya. Kepuh. Nama yang tidak asing di telinga. Akrab malah. Banyak desa bernama Kepuh. Namun, saya tak menyangka kalau Kepuh adalah nama tanaman. Jamak, sebuah tempat atau desa dinamai berdasarkan tanaman yang banyak terdapat di sana. Ambil contoh saja Gayam, Pule, Mojo, Menteng atau lainnya. Tapi Kepuh ? 


Kemana saja kamu, buk ? Hahahaha, tidak kemana-mana. Sibuk scrooling olshop lalu memasukkan ke keranjang tanpa menekan tombol check out😂😂


Saya masih terpesona dengan pohon ini. Mengamati dan melihat-lihat buah yang jatuh. Hampir semua sudah berwarna hitam dan kelopaknya terbuka. 

Buah Kepuh tua


Beruntung, ada satu buah yang jatuh masih utuh tertutup. Mungkin masih muda sebab rerata mereka akan membuka atau pecah di ranting sebelum jatuh. Berwarna merah cerah. Kami pun membawa pulang sebagai oleh-oleh dengan buah yang pecah juga.


Sesampai di rumah, baru saya googling bersama Aro. 


Memakai kata kunci Kepuh banyak informasi yang tersedia termasuk kisah-kisah mistis berkenaan dengan pohon-pohon besar ini. Jelas yang berbau mistis saya kesampingkan dulu. Saya lebih memilih informasi ilmiah tentang pohon ini. Saat saya menggunakan kata kunci Sterculia foetida (nama latin Kepuh), informasi yang muncul lebih banyak lagi. 


Pohon kerabat jauh Randu ini memiliki banyak kegunaan. Salah satunya adalah dari hasil penelitian balai penelitian kehutanan Kupang ; tanaman kapuh dapat digunakan sebagai bahan pengawet benih pertanian seperti kacang-kacangan agar tidak dimakan oleh rayap. Pemakaian ini dilakukan dengan cara menggunakan air dari rendaman kulit kepuh, sehingga tidak disukai oleh rayap. Informasi ini saya dapat dari wikipedia.


Selain itu, ditulis (masih dari wikipedia) kalau biji kepuh mengandung minyak berwarna kuning muda yang tak mengering. 


Kebetulan kami mendapatkan satu buah Kepuh yang masih utuh. Maka rasa ingin tahu akan minyak yang dimaksud pun bisa dituntaskan.


Buah Kepuh


Buah berwarna merah menyala ini bila digoyang-goyang memang terasa ada air di dalamnya. Dugaan awal minyaknya cair. Ternyata setelah dibuka, minyaknya mirip jel. Kenyal-kenyal.  Tidak terasa licin seperti minyak. Baru setelah tercampur sedikit air, rasa licin khas minyak muncul. 




"Agak geli di tangan", komentar  Aro.

0 Komentar