beli saja, lebih hemat dan mudah

Jika hanya karena melihat unggahan atau cerita orang-orang yang melakukan pendidikan rumah a.k.a homeschooling itu sepertinya menyenangkan dan seru semua lalu memutuskan homeschooling, anda terkecoh namanya.  

Jangan terlalu percaya unggahan di sosial media termasuk unggahan saya 😄


Bagi saya, menyenangkan dan seru itu relatif sebab sering hal tersebut berkaitan dengan kerepotan bin berantakan behind the scene-nya, belum ditambah bumbu-bumbu beragam emosi yang muncul. Jelas semua itu tidak masuk lensa kamera dan tidak untuk dipaparkan di media sosial. Dicatat saja dalam jurnal pribadi.


Walau begitu, tetap tak kapok dan masih memilih homeschooling sampai saat ini. Mengapa ? 


Sejak awal, kami berdua, saya dan ayahnya Aro, berkomitmen mendidik sendiri anak di rumah. Komitmen ini kami ambil secara sadar. Tidak karena tren, bujukan teman, atau pun agar bisa mirip artis-artis di televisi. Keinginan untuk bisa memberi ruang seluasnya Aro bermain bebas dan memahami sesuatu dengan cara yang lebih menyenangkan tanpa perlu PR berlembar-lembar adalah awal mulanya. 


Memilih pendidikan alternatif dengan tidak mengirim anak ke sekolah berarti harus juga siap dengan resiko yang ada termasuk berpetualangan pada hal-hal baru diluar keahlian kami dan sering berada di 'zona tak nyaman'. Kondisi yang memberi kami bertiga kesempatan untuk sama-sama belajar sebenarnya.



Ini mungkin juga yang membedakan dengan situasi pada anak-anak yang bersekolah formal. Mereka yang  bersekolah maka asumsinya  yang  belajar hanya anaknya, ortunya tidak. Berbeda dengan homeschooling. Semua belajar, baik anak maupun orang tuanya.


Seperti ketika Aro mengatakan ingin membuat jas Harry Potter.


"Nda, buat jas Harry Potter yuk!" 


Saya langsung menahan nafas. Ajakan membuat jas penyihir cilik ini lengkap dengan syalnya tidak segera saya iyakan. Hal-hal yang berkaitan dengan jahit menjahit dan konco-konconya itu bukan kemampuan saya. Menisik baju yang robek saja perlu semangat besar dan berhari-hari baru dilakukan, apalagi diajak membuat jas Harry Potter. 


Jawaban tidak sudah ada di ujung bibir. Banyangan sulit dan wegah susah bercampur cepat sekali. Rasanya emboh walaupun menurut yang bisa jahit hal itu mudah dan sederhana saja. ya, bagi yang bisa.


Meski deg-degan, saya mencoba mendengarkan Aro menjelaskan step by step pembuatan jas ini. 


beli saja, lebih hemat dan mudah

Mendidik anak di rumah menurut pengalaman saya adalah melatih keberanian diri sendiri. Siap menerima hal-hal ajaib yang kadang di luar kendali kita. Menjahit ini misalnya.


Aro ternyata sudah melihat beberapa video tutorial di youtube. Dia cukup percaya diri mampu membuatnya. Dari yang tanpa menjahit aka dilem sampai yang agak rumit lengkap dengan syalnya.



Beruntung, Obi, ayah Aro, tahu kegalauan saya. Dia cukup terampil dalam bidang ini sehingga mampu mengimbangi antusiasme anaknya. 



Mereka pun kemudian asyik membicarakan persiapan membuat prakarya ini. Persiapan dari awal sekali sebab jarum benang kain dan lainnya perlu dibeli. Tidak tersedia di rumah (hahahahaha, ketahuan kan bahwa jarum benang bukan prioritas saya). 


Karena pandemi, mereka membeli secara online. Banyak hal baru yang dipelajari Aro. Melist barang-barang yang dibutuhkan lalu mencari di toko yang cocok. Kerepotan muncul karena tidak semua bahan ada di satu toko. Harus belanja di beberapa toko dan itu artinya ada dana tambahan buat ongkir.


Aktivitas ini mempererat bonding Aro dan ayahnya walau melihat mereka berdua begitu asyik, kekhawatiran saya muncul. Bukan cemburu namun pada budget yang membengkak😅



Ide membuat jas ini memberi kami kesempatan belajar banyak hal.


Dari belajar mendengarkan anak kemudian melaksanakan paparan idenya, kemudian mengatur respon ketika ide si anak macet dan malah menjadikan potongan jas kacau sehingga memerlukan bahan lebih banyak lagi, atau juga ketidaksabaran memakai mesin jahit mungil yang baru saja dibeli.


Tambahan, ketika melihat nominal dana yang dikeluarkan lumayan besar, sempat terbersit pikiran untuk membeli saja jubah itu. Diam-diam saya sudah cek di olshop harga jubah Harpot ini. Jauh lebih murah dari dana yang sudah dikeluarkan Aro dan ayahnya. Di titik ini, bisikan 'hemat-hemat-hemat' menggoda sekali. Hasilnya pun sudah pasti dan tak perlu ribet. Cepat dan mudah.  Masalah selesai.


Benarkah selesai ? Jangan-jangan malah menimbulkan masalah lebih besar jangka panjangnya ? Semisal, Aro malas beride dan berinisiatif bikin-bikin karena toh nanti dibilang, beli saja lebih murah, lebih bagus, dan ga ribet. 

beli saja, lebih hemat dan mudah


Padahal, bisa beride dan percaya dri untuk merealisasikannya adalah kemampuan yang perlu dilatih pada setiap anak.


Bertolak pada kesadaran tersebut dan mengamini bahwa ini proses belajar bagi kami maka let it go saja. Meski dalam perjalanannya jatuh bangun dengam beragam cerita dan emosi tetapi begitulah sebuah proses berjalan. 


Tidak melulu menyenangkan namun juga tidak selalu menyakitkan. Tidak juga serapi dalam foto sebab ide itu bermunculan  dari mana-mana tanpa melihat waktu atau tempat. Apa yang anak-anak pahami dan pelajari pun kita tidak tahu. Yang pasti, kita hanya memberinya ruang dan kesempatan untuk mewujudkan ide-idenya.

2 Komentar

  1. Hebat. Telah berani berproses meski ndak mudah. Terima kasih sharing-nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca, pakpuh. Ya...menikmati prosesnya meski jatuh bangun :-)

      Hapus