Murid itu bernama Yoshikawa. Seorang anak laki-laki berperawakan kecil dan pendiam. Memutuskan mengakhiri hidupnya sebab mengalami serangkaian perundungan yang dilakukan oleh teman sekelas. Yoshikawa berasal dari keluarga cukup berada dan senang sekali dengan game. Tapi, orang tuanya sibuk bekerja. Sendirian, merasa benci dengan dirinya sendiri, malu, dan tak punya teman bicara adalah sebagian emosi yang menderanya. Baginya, hal itu berat. 


Ia memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan menjatuhkan diri dari atap gedung sekolah. Beruntung, seorang guru kelas tahu dan berhasil menyelamatkan nyawanya. Guru  ini bernama Onizuka. Berbeda dengan kebanyakan guru lain, guru ini berlatar belakang eksentrik. Bandel, mantan geng motor, lulusan dari universitas antah berantah, dan serangkaian jejak bengal lainnya. Namun ia selalu berpikiran sederhana. Solutip, Kalau kata bu Tejo. Hanya satu cita-citanya: menjadi guru SMA. Tentunya tanpa meninggalkan jejak kebengalannya aka mesumπŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…


Sebagai guru baru, tentu ia mendapat sambutan “selamat datang” dari murid-muridnya. Apalagi dengan latar belakang dan penampilannya yang lebih mirip gang motor daripada seorang guru itu, membuat murid-murid barunya yang dikenal sebagai murid badung makin penasaran. Banyak hal dicoba agar Onizuka tak betah mengajar. Salah satunya Dengan mengedit foto Onizuka agar tampak seperti tanpa pakaian. Foto-foto itupun dipajang di dinding sekolah sehingga menimbulkan kehebohan.


Meski syok, Onizuka tidak marah. Mencari tahu siapa yang membuatnya. Ketika  berhasil menemukan siapa yang mengedit gambarnya, sikap Onizuka kembali mengejutkan murid-muridnya. Si pelaku sudah yakin akan dipukul atau mengalami kekerasan yang biasa dilakukan guru lainnya. Ternyata, Onizuka memilih sikap berbeda. Dengan gaya konyolnya, ia malah minta muridnya itu mengedit foto-foto model di majalah yang disukai dan membayarnya. Komik banget kalau ini ya? Yang jelas mustahil ditemui di dunia nyata.


Selain Naruto yang telah saya tulis di sini, Great Teacher Onizuka (GTO) merupakan salah satu anime yang saya sukai. Berlatar belakang kehidupan di sebuah sekolah menengah di Jepang, anime ini seakan-akan ingin menunjukkan banyaknya masalah terjadi di sana. Tak hanya pada murid namun juga persoalan yang dihadapi para guru.  Problem yang ada sudah mirip benang kusut. Karena itulah Onizuka diminta bergabung menjadi guru, bukan karena dia lulusan terbaik sebuah kampus tetapi karena latar belakang dan pandangannya yang unik dan berbeda. Ibu kepala sekolah berharap kehadiran Onizuka bisa mengurai persoalan yang ada di sekolahnya. 


Pandangan Ibu Kepala Sekolah tak meleset. Itu ditunjukkan Onizuka saat menghadapi Yoshikawa yang ingin bunuh diri. Alih-alih ceramah panjang dan penghakiman, Onizuka memilih berempati. Menyakinkan Yoshikawa bahwa hidupnya berharga. Pendekatan yang dilakukan sang guru pun tidak mainstream. Menemani dan mendengarkan Yoshikawa.  Bahkan, meminjam beberapa kaset game darinya karena kebetulan mereka sama-sama gemar main game. Kalau di Indonesia atau di dunia nyata, jelas tidak mungkin ada guru seperti ini. Sudah tersandung SKCK juga😌. Namun,  ini cerita anime. Fiksi. Jadi bisa-bisa saja. Meskipun anime, plot cerita dan gagasan yang dibawa menarik. Isu yang diangkat tentang kehidupan remaja.  


Namanya juga anime. Agak absurd memang karakter Onizuka ini. Namun saat membaca ini Saya seperti diajak untuk berpikir tentang bagaimana menghadapi anak Saya saat remaja nanti. Memilih jalan mendidik yang berdasarkan dialog, tanpa kekerasan atau jalan pendisiplinan tubuh macam apapun. Bagi Saya, Anak memiliki cara pandang dan pengalaman belajarnya sendiri. Orang tua hanya memfasilitasi rasa keingintahuan mereka. Kembali ke GTO, sekolah sepertinya menjadi tempat penitipan anak yang dirasa ideal oleh orang tua. Saat ditelisik lebih dalam dan mau jujur, anak-anak yang 'bermasalah' itu ternyata juga korban. Korban dari keadaan dan apa yang dilakukan orang dewasa kepada mereka. 


Dikisahkan bagaimana sebenarnya pelaku perundungan atau pun sikap-sikap membangkang dari remaja itu karena mereka pun kesepian dan ketakutan. Para orang dewasa lebih memilih menghakimi dan menyalahkan daripada mengerti mereka. Seperti Anko, pelaku perundungan terhadap Yoshikawa. Anko ini seorang anak perempuan yang manis dan penurut di rumah menjadi kejam terhadap temannya di sekolah. Ibunya, seorang pemerhati pendidikan sekaligus ketua persatuan orang tua di sekolah adalah orang yang sangat sibuk. Menjadi pembicara di sana-sini tentang kosep ideal pendidikan sampai-sampai tidak cukup punya waktu untuk anak satu-satunya. Hal yang ironis.😐


Atau juga reaksi seorang guru senior kepada sekelompok anak muda yang membuat onar di sekolah tempat Onizuka mengajar. Mereka sebenarnya mantan murid sekolah tersebut. Kegagalan yang dialami banyak diakibatkan oleh perundungan verbal dari guru. Dicap sebagai generasi sampah, tidak layak, dan sederet cerca dan hujatan lain saat mereka membuat sebuah kesalahan. Tidak didampingi apalagi dimengerti membuat para remaja menjadi semakin tertekan dan ujung-ujungnya sering melakukan hal-hal negatif.


Menjadi remaja memang tidak mudah. Menjadi remaja ceritanya tidak melulu tentang lolipop, bunga, dan coklat. Menjadi remaja pun penuh pergulatan. Mengalami kebimbangan, ketakutan, bahkan rasa tak percaya diri. Kerap kali, kondisi ini membuat banyak remaja tertekan. Depresi.πŸ’›πŸ’›πŸ’›


Itu kesimpulan saya setelah melihat anime GTO ini. Mungkin tidak seluruhnya benar dan banyak celah kekeliruan sebab namanya juga anime. Tapi bagi saya, cukup banyak hal bisa dijadikan perenungan sebagai ortu. Bagaimana cara kita berinteraksi dan memahami kehidupan anak remaja. Berempati dengan kegalauan dan ketakutan mereka. Sebab, kita sering sekali salah memahami. Menghakimi secara sepihak akan apa yang mereka lakukan tanpa mau mendengar apa yang ada dalam pikirannya. 


Menjadi remaja memang tidak mudah. Banyak tekanan dan kegalauan. Lalu bagaimana ortu bisa bersikap lebih bijak pada anak-anak remaja ini? Dengan mau mengamati dan membuka diri. Melihat anak-anak remaja secara jernih.


Oh iya, selain anime, GTO juga ada dramanya lho :-)



0 Komentar