Nda, ternyata christmas itu seperti lebaran ya ? Maksudnya ? Ya, kita berkunjung ke rumah orang gitu. Bersalaman lalu bermain atau bicara-bicara. Di sana banyak makanan yang boleh kita makan juga. Ah ya, benar juga ya.

Tahun ini adalah pengalaman pertama Aro ke rumah teman yang merayakan natal. Berawal dari undangan makan dan akhirnya bersama beberapa teman di komunitas janjian untuk datang.

Ketika tahu akan datang ke rumah temannya, Aro antusias sekali. Maklum, kegiatan komunitas libur sampai bulan Januari. Otomatis frekuensi bertemu teman berkurang. Apalagi tidak ada anak-anak di sekitar tempat kami untuk diajak bermain bersama. Nglutek berkegiatan hanya dengan ortunya. 24 jam bertemu ibunya lagi dan ibunya lagi atau juga ayah lagi, ayah lagi.

Aku boleh kasih hadiah untuk temanku, Nda ? Boleh. Mau memberi apa ? Aku belum punya ide. Kartu bergambar christmas tree ? Boleh. Dia pun menjadi sibuk. Menggambil kertas gambar dan krayonnya sambil bernyanyi Feliz Navidad dengan riang. Saya hanya mengamati. Membantu jika memang diminta, selebihnya dia yang berinisiatif.

Aro adalah anak generasi youtube. Cukup akrab dengan channel Mother Goose Club. Saluran yang berisi banyak lagu dan kreativitas. Feliz Navidad pun dikenalnya dari sana.

Saya pribadi memilih selow melihatnya menikmati lagu tersebut. Masa kecil saya diisi dengan melihat film Home Alone berjilid-jilid di televisi yang diulang-ulang setiap tahun. Sampai hafal per adegan. Macaulay Culkin adalah penanda natal selain bunga flamboyan yang mekar bagi saya.

Saat di sekolah dasar, saya punya teman anak seorang pendeta. Saat Natal, saya diundang dan ibu membolehkan datang. Waw sekali melihat pohon natal yang menurut mata bocah saya ketika itu sangat besar menjulang dengan hiasannya yang indah. Saya tidak terlalu ingat ngapain saja waktu itu. Yang jelas, saya membawa seplastik penuh makanan saat pulang dengan perasaan gembira. Hanya sekali saya ke rumahnya, sebab tahun berikutnya mereka pindah entah kemana.

Keputusan untuk menerima undangan makan teman kristiani bagi saya pribadi adalah hal yang biasa saja. Artinya, saya tidak terlalu rumit dan njlimet menafsirkan. Kebetulan teman-teman akrab saat kuliah pun banyak yang beragama Kristen dan Katolik. Kami tetap hahahihi sampai sekarang.

Pertanyaan tentang Tuhan dan agama mulai dilontarkan ketika Aro berusia lima tahun. Sejak itu, meski tidak intens, obrolan ini bisa terjadi kapan saja. Seperti pertanyaan apa dan siapa Tuhan. Tinggal di mana Tuhan. Mengapa saya muslim dan ibu temannya kristiani. Mengapa kita ke masjid dan bukan ke gereja.  Mengapa hari rayanya berbeda-beda.

Khusus untuk pertanyaan tentang hari raya, saya menjawabnya sambil membawa kalender. Menunjukkan tanggal-tanggal merah yang merupakan hari raya umat beragama di Indonesia. Senang lho kalau hari rayanya berbeda-beda, hari liburnya pun tambah banyak seloroh saya sambil tertawa.

Aro ikut tertawa. Entah mengerti atau tidak dengan ucapannya saya. “Nda, tapi aku tidak punya teman yang beragama Hindu dan Budha”. "Pasti suatu saat nanti kamu punya". "Benar ?" "Ya. Tidak hanya Hindu, Budha, Khonghucu, bahkan mungkin agama yang lain". Semoga.

2 Komentar

  1. Ha3x. Teman Aro bakal banyak. Penganut agama asli Nusantara juga. Berkunjung ke teman yang merayakan natal, galungan dan imlek baru aku alami di Tarakan.

    BalasHapus