“Abrakabri Abrakabrong! Mommy is disappeared!” kata Si Bocah dan saya pun buru-buru lari sembunyi di balik pintu. Pura-pura menghilang. Si Bocah pun akan tertawa puas dan mengucapkan mantranya lagi sehingga saya pun ‘muncul’ kembali.

Permainan ini ide Si Bocah. Main sulap. Efek dari kesukaannya melihat Ben and Holly’s Little Kingdom. Berpura-pura bisa melakukan sesuatu dengan tongkat ajaibnya. Permainan sederhana namun terlihat seru untuknya. Sudah dua hari dan Si Bocah belum bosan memainkannya.

Awalnya, dia bermain bersama ayahnya. Mulai pagi sampai siang dengan permainan serupa namun menggunakan bermacam mantra. Dari menghilang, menjadi sesuatu, atau pun melakukan pekerjaan. Terlihat seru dan menyenangkan bagi Si Bocah. Namun, bagi orang dewasa yang mendampingi, percayalah dibutuhkan seni bermain juga kesabaran dan daya tahan ekstra untuk tidak bosan hahahahaha.

Kebetulan Si Bocah masih menyimpan mainan tradisional yang didapat ketika berkemah di Jogja empat bulan yang lalu. Mainan tradisional yang dibuatnya bersama teman-temannya dan Kak Lia. Saya menyebutnya kitiran, kurang tahu namanya dalam bahasa Indonesia.

Mainan ini terbuat dari bilah bambu tipis untuk kincirnya dengan kertas menempel. Bila diayun, kincirnya akan berputar dengan bunyi kretek kretek. Mainan itulah yang digunakan sebagai tongkat ajaibnya ditambah beberapa properti seperti bola dan kain pantai. Siapa sangka bunyi kretek kretek yang muncul menambah dramatis permainan hehehehe.

Ada saat ketika mengayun Si Bocah terlalu bersemangat sehingga tongkatnya mengenai tembok. Otomatis bilah kayunya yang tipis patah.

Risau dan mulai bingung, Si Bocah segera memperbaikinya. Gagal. Awalnya, kami memakai isolasi untuk menyambung bilahnya. Tidak bertahan lama. Dua tiga kali ayunan, bilahnya patah lagi. Mulai senewen juga sayanya sebab sulit mencari penggantinya. Untungnya, ayah membantu. Mencoba memperbaiki dengan mengikatnya dengan benang. Berhasil. Hore!

“Itu namanya eksperimen ya, Nda?” celetuk Si Bocah bahagia sambil melanjutkan mengucap mantra kemana-mana. Fiu...

Luar biasa semangatnya menjaga mainan. Memperlakukannya seolah-olah harta karun. Si Bocah memang jarang sekali kami belikan mainan. Berharap dia bisa bermain dengan apa saja yang ada tanpa terpengaruh harus bermain mainan A, B, atau C.

Harapan yang pelan-pelan mewujud. Banyak permainan yang terjadi lebih karena ketidaksengajaan atau meniru sesuatu dengan bermain pura-pura. Satu benda bisa menjadi beraneka karakter sesuai khayalannya. Tantangannya menemani anak bermain memang kesediaan dan kerelaan merespon positif. Sepertinya sepele, namun permainan sulap ini mengajarkan anak akan sebab akibat, bahwa satu hal akan berakibat akan hal berikutnya. Permainan seperti ini juga mampu menunjukkan ke anak bagaimana dia mampu membuat perubahan pada lingkungannya.

Spirit dari permainan seperti ini menurut John Holt haruslah spirit kebahagiaan, kejenakaan, dan apa adanya. Sama halnya dengan jiwa yang berada di belakang setiap permainan yang seru. Termasuk permainan mencari tahu bagaimana dunia bekerja yang menurutnya sebagai pendidikan.

Jadi, intinya perbanyak tertawa, tambah selera humor, juga tidak terlalu seriyes. Catatan sekali buat saya. 
“Abrakabri Abrakabrong. Mommy smiled!”   

1 Komentar