‘Membuat sushi ? Mbeeek...’  jawab Si Bocah membuat saya tergelak. Saat itu saya sedang bertanya kepadanya apakah mau ikut bermain dan membuat sushi dengan teman-temannya di Ciganjur.

Si Bocah belum tahu kalau sushi yang dimaksud adalah makanan. Di pemahamannya, susi adalah Susi sheep teman Peppa pig. Jadi kalau mendengar kata susi pasti langsung menyahut mbeek...

Saya pun akhirnya menjelaskan sushi yang merupakan makanan itu. Memperlihatkan wujudnya melalui youtube. Menjelaskan asalnya, bahan yang diperlukan, dan bagaimana membuatnya.  


Singkat kata, Si Bocah setuju. Bahkan menawarkan diri menemani membeli bahan-bahan yang diperlukan saat itu juga. Oh la la. Terima kasih, Nak. Nanti sore saja. Ini sudah pukul 12 siang dan matahari tepat di atas kepala. Jalan kaki di bawah terik matahari seperti itu tidak bagus untuk emosi hehehehe.

RPTRA Ciganjur. Wah, langsung senang melihatnya. Tempatnya benar-benar ramah untuk anak. Playground yang menyenangkan, aneka tumbuhan herbal, lapangan sepakbola yang memadai, ruang bermain, kamar mandi. Semua bersih dan terawat.

Teman-teman Si Bocah sudah asyik bermain. Kami agak terlambat (maklum, peserta playdate terjauh, dari Depok hihihi). Si Bocah pun ternyata langsung senang bermain di sana.

Kami berkumpul ketika membuat sushi bersama. Anak-anak balita ini seru sekali. Antara membuat sushi dan memakan bahan-bahannya hampir sama asyiknya. Si Bocah sempat berbisik kalau sosisnya dimakan langsung sudah enak, tidak perlu digulung-gulung hehehe. Karena anak balita, kegiatan ini pun sepuluh menit selesai. Selebihnya mereka eksplorasi sesukanya. Ibu – ibunya mengawasi atau memberi bantuan bila diperlukan saja.

Meski sepertinya ‘hanya bermain’, saya menyadari banyak hal dipelajari oleh Si Bocah dan teman-temannya. Enam anak di tataran usia 2 sampai menjelang 4 tahun dengan karakter unik masing-masing. Kami bersepakat memang membebaskan mereka bermain yang disukai. Open-ended play meminjam istilah Mbak Nira. Kalau pun ada kegiatan bersama, tidak lebih waktunya dari 15 menit. Tidak memplot harus belajar atau bermain yang sama bersama-sama, sebab karakter dan ketertarikan setiap anak berbeda.
harumnya daun jintan

Ada anak yang nyaman dengan bermain di ruangan dengan alat peraga, ada anak yang tahan duduk lama merangkai lego, ada anak yang lebih senang berlari kesana kemari sambil mencoba sesuatu yang dianggapnya menarik, ada anak yang suka sekali dengan tanaman dan kerap membawa daun atau biji-bijian yang ditemuinya.

Menarik, bukan ? Sayang saja kalau harus ‘belajar’ sesuatu yang kurang diminatinya. Lalu apa bedanya dengan bersekolah formal, padahal kami memutuskan mendidiknya secara mandiri karena keunikan tersebut ( ih, sombongnya saya, maaf bercanda hehehehe ).



  




1 Komentar

  1. Alami, melihatnya mencintai tanaman obat. Healing memang salah satu ability yang secara alami akan dia kuasai...

    BalasHapus