Teman Baru

Tempat
yang menyenangkan. Kami langsung merasa nyaman. Kebetulan kami datang kepagian.
Belum ada teman-teman yang datang. Apalagi memang cuaca mendung sekali. Sebentar-sebentar
hujan. Sambil menunggu, kami pun eksplorasi. Melihat-lihat sekitar sambil memotret
sedikit-dikit.
Cukup
lama juga baru ada teman datang. Tiga anak perempuan dengan tas dan berkerudung.
Mereka terlihat asyik bermain pada titian di tengah kolam. Aro antara ragu dan
ingin bergabung. Dia mengamati ketiga teman baru itu cukup lama sebelum
kemudian mencoba bergabung. Seperti biasa, saya ‘pura-pura tidak melihat’ namun
mengamati diam-diam.
Ini
kesempatan Aro belajar keterampilan berkenalan dengan teman baru lagi. Sebuah keterampilan
yang menurut saya penting dikenalkan. Saya pribadi, baru menyadari ketika
dewasa bahwa berkenalan dengan orang baru itu bukan sesuatu yang mudah. Beragam
perasaan campur baur. Mungkin ada memang orang-orang yang dengan mudah bisa
akrab dan menjalin perkenalan baru. Tetapi, tidak sedikit yang menemui kesulitan
seperti saya.
Semasa
sekolah dulu, teman sekelas otomatis menjadi ‘teman’ tanpa ribet berkenalan. Akan
bersama-sama kurang lebih enam tahun saat di sekolah dasar, tiga tahun di
sekolah menengah. Karena selalu satu kelas atau berkegiatan bersama, kami tidak
terlalu pusing dengan ketrampilan ini. Situasi sudah mengkondisikan untuk kami
berteman walaupun sebenarnya tidak memahaminya.
Aro
tidak bersekolah. Teman baginya bisa siapa saja dan dimana saja. Tidak terbatas
usia. Biasanya orang-orang yang usianya jauh lebih tua. Teman-teman saya dan
Obi pun sering kemudian menjadi temannya. Namun, berkenalan dengan yang lebih
tua dan sepantaran jelas tantangannya berbeda. Saya mengamini bahwa anak-anak
pun, meski kelihatannya mereka lebih mudah berteman satu sama lain daripada
orang dewasa, tetap memiliki rasa bimbang saat menjalin komunikasi dengan orang
baru. Lebih-lebih teman sebaya.
Bagi Aro, bila saya amati cukup mudah berkomunikasi dengan yang lebih tua darinya, tetapi
cukup sulit dengan yang sebaya. Setiap berada di lingkungan baru, merupakan
kesempatan sekaligus tantangan baginya berkenalan dengan anak-anak seusianya. Apalagi
kalau percakapan merembet pada pertanyaan kamu kelas berapa dan dijawab dengan pernyataan
aku tidak sekolah. Berdasarkan pengalaman, beberapa anak yang awalnya biasa
saja berkenalan menjadi agak heran. Mereka menjauh sambil berbisik-bisik
antar-mereka. Aneh mungkin mendapati seorang anak tidak sekolah.
Kabar
baiknya, Aro bisa dengan mudah bergaul bila ada satu hal yang sama dan dimengerti.
Seperti misal tahu tentang Tayo, bus kecil yang ceria. Dari sana keakraban akan
tercipta. Pengalaman-pengalaman inilah yang membuat saya memutuskan ada hal-hal
‘kebanyakan’ yang dikenalnya selain bacaan-bacaan yang biasa dia baca.
Seni berkenalan dengan orang baru ini terus kami latih. Dimana pun, di lingkungan apapun, dan kondisi apapun. Bagi saya, mengenal banyak ragam orang dengan konsisi sosial berbeda-beda bisa memperkaya kemampuannya berkomunikasi selain menghaluskan hati.
Seperti
hari ini. Dia cukup lama diam mengamati ketiga anak yang baru datang dan sedang
asyik bermain bersama. Antara bimbang dan mengumpulkan keberanian. Saya memilih
diam tidak menolongnya dengan membantu kenalan. Agak tegaan menurut beberapa
orang, tetapi saya dingin saja. Saya cenderung tidak ‘mempermudahnya’. Ketika
Aro mendekati saya untuk mengumpulkan keberanian atau mencari dukungan, saya
hanya menepuk ringan pundaknya sambil tersenyum. Tanpa komentar. Saya tahu
bahwa dia butuh jeda untuk mengumpulkan semangat dan berjuang kembali bisa berkenalan.
Ribet
ya ? Iya. Latihan ini pun tidak bisa bim salabim sekali jadi. Ada proses
panjang, gagal, berhasil, atau mencoba lagi. Mengutip kalimat founder Rumah
Inspirasi di Riungan Oase tempo hari bahwa menurut Julie Lytcott-Haims (mantan
dekan Stanford University), dari 8 ketrampilan yang perlu dikuasai anak-anak
sebelum 18 tahun adalah talk to strangers, berbicara dengan orang asing.
Walaupun begitu, sebagai ortu pun kita tidak bisa langsung melepas anak-anak begitu
saja. Anak-anak juga perlu dilatih untuk mengenali orang-orang asing sebab
tidak semua dari mereka orang baik, tetap ada orang jahat seperti dalam cerita Si
Tudung Merah.
0 Komentar